Monday, August 28, 2006

(Breeze) Pengejaran Selama Kita

Waktu terus berlari mengejar
Tanpa kepura-puraan yang sadar

Memainkan dan mengendalikan semua
Tapi tanpa gigit dan sakit

Potongan yang harus dan ingin dilakukan terkekang dengan lembut
Hanya di dalam yang sering menuntut

Harapan akan tambahnya yang dua puluh empat pun gagal
Waktu terus ada dan melekat erat

Waktu adalah aliran darah
Berhentinya hilangkan semua

Monday, August 21, 2006

Kembali Bekerja

Pagi yang cerah. Mulai bekerja kembali. 5 hari 4 malam udah istirahat-dari rutinitas kerja- walaupun enggak bener-bener istirahat. Libur kelamaan yang kurang bermanfaat. Walaupun, untuk beberapa orang sangat bermanfaat.

Lucunya, kemarin, ketika libur panjang, malah pengen cepet-cepet masuk kantor. Mungkin karena ketika libur enggak ada yang terasa terlalu bermanfaat untuk dilakukan. Lebih banyak tidur dan nonton TV. Yang ada hanya suasana dan perasaan malas. Satu-satunya yang bisa jadi penghibur adalah bertemu keluarga. Banyak waktu malah. Tapi habis itu ya kembali lagi hawa itu muncul. Malas. Bosan.

Yang terpikir saat itu sampai sekarang, kalo di kantor, bisa melakukan hal-hal yang terasa lebih ada "arti". Otak, hati dan fisik terasa lebih berjalan dan berirama. Waktu lebih bernilai.

Ah... serba salah memang. Enggak pernah ada yang tepat kalo kita enggak bisa nyeimbangin semuanya. Tidak ada yang salah dan tidak ada yang perlu disesali. Lagian, malas itu kan hawa yang bisa dikendalikan harusnya. Mudah-mudahan, lain kali, kalo libur panjang lagi, banyak lebih bisa memanfaatkan waktu. Waktu yang selalu berharga.

Monday, August 14, 2006

Satu Rasa

Setiap kita berpikir mengenai sesuatu sudah pasti ada banyak orang juga di dunia yang tengah memikirkan hal yang sama. Pemikiran yang sama yang seharusnya membentuk perasaan yang sama. Ketika di jalanan, melihat pengemis, timbul rasa kasihan. Di belahan bumi lain atau bahkan cuma berbeda beberapa kilometer mungkin juga ada yang memiliki pemikiran dan perasaan yang sama.
Melihat, mengetahui, memikirkan sebuah bencana, peperangan, kekacauan dan hal negatif lainnya. Apakah akan menimbulkan perasaan yang sama juga? dari sisi moral sudah pasti lebih banyak yang memiliki perasaan yang sama juga. Perasaan sedih, kesal, takut, semua bercampur.
Perasaan yang sama, walaupun tidak terlihat nyata, bisa dirasakan antar manusia. Cukupkah untuk lebih mengikat emosi? emosi antar manusia yang berisi semua hal yang juga sama yang pada akhirnya menimbulkan kenyamanan. Ketika semua rasa itu membentuk atmosfir positif, pada akhirnya membentuk suatu perasaan akhir saling membutuhkan lalu terciptalah perdamaian.
Selalu terbayangkan semudah itu. Padahal kalau sudah terbayangkan oleh banyak orang semudah itu tentu satu hal yang paling membedakan akan dapat dikendalikan. Karena selama satu hal itu mendominasi hati sulit bagi kita untuk memiliki perasaan yang sama.

Thursday, August 10, 2006

(Breeze) Genggam Erat

Mengenang apa yang telah dilakukan
Seterang apa yang dinantikan

Bersama yang selalu menggandeng tangan
Tanpa lelah dan jeda

Menuliskan halaman yang tak terkira
Mengotori dengan hujan dan bunga

Raihlah dengan erat tanpa ragu
Ke arah kabut yang saru

Karena arti bukan untuk sekedar dicari
Tetapi juga untuk dimilki

Memento

Kita tidak akan pernah memiliki waktu untuk banyak hal

Tuesday, August 08, 2006

Cerita Untuk Kita

Sepenting apa sekarang manusia untuk bisa berbagi cerita? Tak terbayangkan berapa banyak detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, dan seterusnya yang sudah dan akan lewat. Semua manusia merekam cerita dan mengeluarkannya kembali dalam bentuk yang berbeda-beda. Dengan kontemplasi, menolak, memperkaya hati dan pikiran, membingungkan. gerak tubuh, berbicara atau bercerita? Sering ada yang terlupakan (atau tidak) dalam mengeluarkan apa yang ada dalam diri. Bercerita selalu untuk kita dan tidak bercerita untuk orang lain. Membagi kebahagian dan kesedihan untuk memperkaya hati mereka. Tidak pernah akan ada yang salah dalam berbagi karena tidak akan langsung membentuk mutlak untuk yang dibagi. Semua itu akan membentuk gambaran dunia tak nyata dalam pikiran dan hati mereka untuk kemudian secara tidak sadar ataupun sadar bergerak. Entah kemana. Kita sudah banyak yang lupa dan bercerita kepada orang lain tetapi hanya untuk kita.

Wednesday, August 02, 2006

Dimana Engkau?

Tuhan akan ada kalo dicari. Sedang diatas ataupun di bawah bisa aja ada yang mencari bisa jadi ada yang tidak. Tapi tetap banyak yang menunggu dan pada akhirnya menyalahkan konsep Maha itu kalo tidak datang. Lupakah? atau terlalu tertutup ilusi doktrin kita sebagai yang lemah dan pasrah? Karena kita diciptaNya. Menunggu tanpa mau merawat jalanNya. Tanpa mau menyambutNya. Semua itu akhirnya hanya sampai di konsepNya yang lemah. Sebenarnya sadar atau tidak "daya" kita, ada karena konsep tuhan.

Takut Untuk Terbang

Orang Normandia jaman dulu pernah bilang, "kalo kita tau apa itu rasa takut maka kita bisa terbang". Belom lama ini baru terlintas lagi di kepala dan juga baru mulai memikirkan kalimat itu. Berpikir sederhana tentu. Segampang itukah? Apa memang di Indonesia atau bahkan dunia memerlukan "takut". Kalo tidak takut maka tidak akan ada yang bisa teratur. "Takut" untuk kehidupan yang lebih baik. Mungkin contoh termudah adalah soal lalu-lintas. Apa bisa jalanan Jakarta yang sangat tidak teratur apapun isinya, apapun mobilnya, siapapun yang bawa bisa lantas teratur atau patuh karena takut? Peraturan kan sudah ada. Hukuman sudah ada. Masih banyak yang tidak takut. Masih banyak pelanggaran yang sangat mengganggu dari sisi keselamatan dan juga estetika. Apa harus dibuat hukuman berat? Atau hukuman otomatis seperti setrum di setir mobil atau motor setiap melanggar untuk membuat orang takut? "Takut", menempa moralkah? apa tidak bisa mencari makna moral tanpa kenal "takut"?